Über diesen Kurs
Kursus ini memberi penekanan kepada lima rukun utama dalam
Teologi Islam yang menjadi asas kepada pemahaman yang lebih mendalam mengenai
agama Islam. Dibentangkan oleh Ust. Abadi Irfani, kursus ini diadakan untuk
Imam Hussain Foundation dan bertujuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan umat
Islam mengenai ajaran asas dalam aqidah Islam.
Dalam kursus ini, Ust. Abadi Irfani mengajar tentang Tawheed (Monoteisme/ tauhid), yang
merupakan konsep utama dalam Islam. Tawheed menekankan keesaan Allah sebagai
Tuhan yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Pemahaman yang betul mengenai
Tawheed menjadi asas dalam pembentukan keyakinan dan amalan setiap Muslim.
Seterusnya, kursus ini juga mengupas Adl (Keadilan
Allah), yang menegaskan bahawa Allah Maha Adil dalam segala keputusan-Nya.
Konsep keadilan ini bukan sahaja berkaitan dengan kehidupan di dunia, tetapi
juga berkait rapat dengan keadilan dalam kehidupan selepas mati. Peserta akan
memahami bagaimana keadilan Allah diterjemahkan dalam kehidupan harian.
Kursus ini turut membincangkan Nabuwwat (Kenabian), Imamate (Kepimpinan
Ilahi), dan Ma'ad (Kehidupan Setelah Mati). Ust. Abadi Irfani
memberikan penjelasan yang mendalam mengenai kedudukan Nabi Muhammad SAW,
peranan Imam dalam membimbing umat, serta kepentingan kepercayaan terhadap
kehidupan akhirat dalam merancang kehidupan duniawi dengan penuh kesedaran dan
tanggungjawab.
Secara keseluruhan, kursus ini adalah satu peluang bagi
setiap individu yang ingin memperdalamkan pemahaman tentang prinsip-prinsip
asas dalam aqidah Islam secara menyeluruh dan mendalam.
Kommentare (0)
Kata ‘Nabi’ berasal dari bahasa Arab dan memiliki 2 akar kata, yaitu ‘Nabaun’ dan ‘Nabawun’. Nabaun berarti kabar yang penting atau pembawa kabar yang penting. Sedangkan nabawun memiliki arti manusia yang mulia. Adapun secara istilah Nabi adalah manusia yang membawa kabar dari Allah swt.
Teologi Islam *** Sebab untuk Keperluan para nabi
Wahyu secara bahasa memiliki arti isyarat, tulisan, atau ilham dan pesan/pemberitahuan rahasia. Wahyu merupakan konsep yang dibawa oleh Rosululloh saw yang beliau peroleh dari Allah swt.
Selain yang disebutkan sebelumnya, kata wahyu juga digunakan di dalam al-Quran dan memiliki beberapa arti seperti naluri/insting (QS. An-Nahl : 68), Ilham ketika menceritakan Ibu Nabi Musa as., bisikan setan (QS. Al-Anam : 112), firman Allah / ‘wahyu risali’ (QS. Syuraa : 3).
Wahyu merupakan pengetahuan khusus yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia pilihan-Nya, karena wahyu adalah sesuatu yang berat yang tidak semua orang mampu menerimanya. Para Nabi adalah manusia yang memiliki kesiapan untuk mengemban wahyu dari Allah swt.
Pada hakikatnya manusia memiliki kecenderungan untuk menuju kesempurnaan dan kebahagiaan yang tidak terbatas di dunia saja, namun karena keterbatasan akalnya manusia tidak mampu mengetahui jalan menuju kesempurnaan tersebut.
Tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk mencapai kesempurnaan, berdasarkan hal tersebut Allah swt memberikan sarana supaya manusia menggunakannya untuk mencapai kesempurnaan.
Dengan diutusnya para nabi, manusia mampu mengambil banyak manfaat dari mereka karena Nabi-nabi yang diutus oleh Allah swt adalah seorang figur, pembimbing dan ‘muallim’ atau guru bagi setiap umat manusia.
Manusia dengan ikhtiar bebasnya mampu memanfaatkan dan memaksimalkan hidayah yang sampai kepadanya untuk kebahagiaannya kelak. Namun buruknya usaha, adanya hambatan dari musuh Nabi dan factor internal manusia akan mencegah dari sampainya hidayah kepada kita.
Salah satu syubhat yang disampaikan mengenai pengutusan Nabi adalah, mengapa di muka bumi ini masih banyak kerusakan, penyimpangan dan kemunduran dalam kehidupan manusia? Bukankah Nabi diutus untuk menyampaikan manusia kepada kesempurnaan?
Keraguan selanjutnya yaitu manusia dengan akalnya mampu mencerap dan memahami kelaziman bersyukur atas nikmat-nikmat Allah swt. Atas dasar ini Allah swt tidak perlu bersusah payah mengutus para Nabi mengajak manusia untuk bersyukur kepada-Nya.
Terdapat keraguan atau muncul satu pertanyaan, apakah para Nabi yang merupakan pengemban wahyu, menyampaikan wahyu tersebut secara utuh, menguranginya atau menambahnya?
Jawaban dari pertanyaan tersebut adapa pada bahasan Ishmah berikut.
Menurut Ulama bahasa kata ismah berasal dari akar kata ‘عصم’ yang berarti melindungi, menjaga dan mencegah. Sedangkan dalam istilah seperti yang dikemukakan oleh ‘Allamah Thabathaba’i Ismah berarti potensi kekuatan manusia yang mencegahnya dari berbuat maksiat dan berbagai kesalahan.
Ada pendapat dari seorang orientalis dan beberapa cendikiawan Ahlusunnah bahwa pembahasan tentang kemaksuman Nabi dimunculkan oleh Ulama Syi’ah, padahal pada zaman Nabi tidak ada pembahasan seperti itu.
Namun jika kita kembali pada Quran dan Hadits, kita akan mendapati bahwa di sana terdapat bahasan keterjagaan dari maksiat/Ismah dari Hamba-hamba yang sholeh.
Merupakan sesuatu yang lazim secara akal, manusia ketika menjadi seorang utusan Tuhan atau menjadi seorang Nabi, maka dia harus maksum atau terbebas dari dosa sehingga hidayah akan terealisasi di tengah-tengah masyarakat.
Allah swt harus punya dalil/argumentasi ketika menyuruh umat manusia untuk mentaati utusannya sehingga manusia condong kepada para utusan dalam mentaatinya. Kemaksuman adalah merupakan kelayakan bagi para Duta Illahi untuk ditaati.
Al-Quran dan Riwayat-riwayat banyak menyinggung tentang kemaksuman para Nabi dari maksiat kepada Allah swt baik itu kecil ataupun besar. Mereka adalah figur dan teladan hidayah Illahi yang menyampaikan manusia kepada kesempurnaan.
Muncul sebuah keraguan berkaitan dengan kemaksuman para Nabi, yaitu jika Allah swt menjaga mereka dari berbuat maksiat maka pahala tidak ada artinya bagi para Nabi; karena kemaksuman tersebut menegasikan ikhtiar mereka. Dalam video ini kita akan menjawabnya secara ringkas.
Keraguan selanjutnya adalah bagaimana mungkin kita menyebut para Nabi as suci sedangkan mereka sendiri secara jelas berdoa kepada Allah untuk mengampuni mereka. Seperti yang terekam dalam Al-Quran dan Hadits?
Dalam Al-Quran meskipun terdapat ayat yang seakan menunjukan Nabi berbuat maksiat, namun hakikatnya tidak berpengaruh pada kemaksuman mereka.
Syubhat berikutnya adalah berkaitan dengan Nabi Ibrahim as yang dikisahkan dalam Surat Anbiya : 63, dan Nabi Muhammad saw dalam QS. Al-Fath : 1.
Ada beberapa cara membuktikan kebenaran pengakuan seorang nabi, diantaranya :
1. Rekam jejak kehidupannya yang melingkupi akhlak mulia seperti jujur dan amanah;
2. Kabar dari nabi sebelumnya;
3. Mukjizat.
Mukjizat secara bahasa artinya yang melemahkan. Sedangkan secara istilah mukjizat adalah sebuah perkara yang keluar dari kebiasaan manusia yang tampak pada diri Nabi sebagai bukti klaim kenabiannya dan disertai dengan adanya unsur tantangan.
Apakah setiap kejadian yang sebeb-sebabnya tidak bias diketahui secara empiric merupakan sebuah mukjizat? Bagaimanakah hubungan mukji\at dengan hukum kausalitas? Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa perkara luarbiasa tertentu merupakan mukjizat dan yang lainnya adalah bukan?
Jika mukjizat merupakan dalil atas kebenaran klaim kenabian Nabi, kenapa terdapat dalam riwayat Nabi menolak untuk menampakkan mukjizatnya kepada satu kaum yang memintanya untuk menampakkan mukjizat? Kenapa Rosul saw tidak memenuhi tuntutan kaum musyrikin akan mukjizat?
Dalam perjalanan kehidupan manusia, setiap umat di muka bumi tidak pernah kosong dari pemberi peringatan. Nabi Muhammad saw di utus di jazirah Arab, beliau adalah putra Sayyid Abdullah dan merupakan keturunan dari Nabi Ismail as.
Nabi Muhammad Saw diutus untuk membawa manusia menuju jalan terang benderang dan jalan hidayah.
Nabi Muhammad Saw diutus dalam kondisi ummi dating ke tengah-tengah masyarakat jahiliyah membawa hal-hal yang tidak pernah terpikirkan masyarakatnya saat itu. Beliau mengajarkan kebaikan-kebaikan menuju penyembahan tyauhid dan mengenal hakikat kehidupan.
Para sahabat Nabi Muhammad Saw adalah kaum lemah. Para nabi sebelumnya telah mengabarkan kedatangan Nabi Muhammad Saw. Beliau lahir dari keluarga baik yang bertauhid dan mengikuti agama Nabi Ibrahim Saw.
TEOLOGI Islam *** Dalil pembuktian kenabian Rasulullah Saw (2)
Al-Quran terjaga dari tahrif karena ditulis oleh para penulis wahyu langsung dihadapan Rasulullah Saw dengan diperiksa Rasulullah Saw. Para sahabat dan orang-orang setelahnya menjaga Al-Quran dengan diriwayatkan secara mutawatir. Allah sendiri menjaga Al-Quran dari tangan-tangan jahat.
Allah Swt tidak mengingkari janjinya untuk menjaga Al-Quran. Ahlulbait Nabi Saw adalah al-Quran yang berbicara. Semua ulama Islam menolak adanya tahrif dalam Al-Quran.
Al-Quran adalah kitab hidayah, bukan kitab sejarah. Jiuka Al-Quran mengalamai tahrif, maka gugurlah kenabian Rasulullah Saw, karena Al-Quran adalah mukjizat beliau Saw. Orang orientalis mengatakan tahrif terhadap Al-Quran untuk menggugurkan kenabian Nabi Muhammad Saw.
Jika Al-Quran mengalami tahrif, maka tidak akan ada lagi hadis yang bias dijamin kesahihannya dan tidak bias dijadikan tolok ukur kebenaran. Terjaganya Al-Quran bukan berarti menutup adanya kesalahn cetak yang dilakukan oleh para penerbit. Salah cetak Al-Quran bukan berarti tahrif.
Rasulullah Saw diutus untuk seluruh umat manusia. Berbeda dengan nabi-nabi lainnya yang diutus terbatas pada wilayah dan kaum tertentu. Peristiwa pengiriman surat ajakan mengakui Islam oleh Rasulullah saw kepada para raja adalah menandakan Islam agama universal.
Kaum orientalis mempelajari Islam untuk menyerang Islam. Mereka mengatakan Al-Quran adalah hasil karya Nabi Muhammad Saw dan bukan wahyu.
Kaum orientalis menuduh Al-Quran dibuat oelh Nabi Muhammad Saw. Al-Quran dituduh menukil taurat dan injil. Namun, ternyata Al-Quran berseberangan dengan taurat dan injil dalam menjelaskan para nabi, terutama nabi-nabi bani Israel. Al-Quran mensucikan para nabi yang dihinakan oleh taurat dan injil. Jadi mustahil Al-Quran dikatakan meniru taurat dan injil.
Pengangkatan nabi adalah hak Allah Swt. Demikian juga untuk memutus atau mengakhiri kenabian adalah hak mutalak Allah Swt. Kenabian ditutup oleh Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw adalah penutup para nabi. Kritikan bahwa khatam bermakna cincin dan penghias/hiasan mengklaim bahwa Nabi Saw bukanlah rosul terakhir, dan akan muncul rosul setelahnya seperti yang diyakini kelompok Ahmadiyah dengan menyebut Gulam Ahmad sebagai rosul. Namun makna khatam berarti penutup sesuatu, seperti stempel yang mengakhiri sebuah surat.
Nabi Muhammad Saw sebagai nabi terakhir diutus untuk seluruh umat manusia, sehingga tidak terbatas oleh letak geografis.
Imam adalah setiap orang yang pendapatnya diutamakan dan bisa diikuti sebagai teladan.
Imamamh adalah ushul mazhab, karena selain mazhab imamiyah sebagian mazhab lain tidak meyakininya. Imamah dalam Islam mecakup ukhrawi dan duniawi. Karena imam sebagai pengganti Nabi Muhammad Saw setelah beliau wafat, maka imam bukanlah seorang nabi dan tidak mendapat wahyu risalah. Imam hanya melanjutkan risalah Nabi Saw. Imam merupakan rujukan bagi umat dan tempat menyelesaikan segala masalah umat. Imam pengganti danpenerus kenabian dipilih oleh Allah Swt melalui Rasulullah Saw. Oleh karena itu imam harus maksum dan memiliki ilmu seperti nabi untuk menjelaskan risalah kepada umat.
Syiah berpendapat bahwa imam ditunjuk oleh Allah Swt melalui Nabi Saw sebelum beliau wafat. Sementara Sunni meyakini imam dipilih oelhumat muslimin. Pada dasarnya, seorang imam hanyalah hak Allah Swt untuk memilih dan menetapkannya melalui lisan suci Nabi Muhammad Saw.
Bani Umayyah memilih khalifah berdasarkan penunjukkan sendiri sebagai warisan keluarga. Sementara para imam Ahlulbait As tidak ditunjuk langsung oleh ayah mereka, namun ditunjuk dan dipilih oleh Allah Swt melalui Rasulullah Saw. Kriteria penujukkan seorang imam bukan berupa banyaknya usia, lebih awal masuk Islam atau paling berani. Namun seorang imam ditunjuk karena memiliki ketakwaan yang paling unggul di antara semua manusia. Hal ini tentu hamya diketahui oleh Allah Swt. Oleh karena itu imam hanya bias ditentukan oleh Allah Swt yang Maha Mengetahui ketakwaan seseorang.
Setiap nabi memiliki washi. Berdasarkan hadis Nabi Saw, umat Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. 70 golongan dari mereka celaka dan satu golongan selamat. Golongan selamat itulah yang mengikuti washi Nabi Musa As. Demikian juga umat Nasrani terbagi 72 golongan. 71 golongan celaka dan satu golongan akan selamat karena mengikuti washi Nabi Isa As. Sementara umat Islam terbagi 73 kelompok. 72 kelompok akan celaka dan satu kelompok akan selamat. Kelompok yang selamat itulah yang mengikuti washi Nabi Muhammad Saw, yaitu Imam Ali bin Abi Thalib As. Imam Ali As sebagai washi bertugas membimbing umat menuju kesempurnaan. Imam adalah pengganti Rasulullah Saw untuk menjaga risalah dan menjaga umat dalam urusan politik, sosial dan segala segi kehidupan.
Kedudukan imamah di dalam islam khususnya di mazhab syiah merupakan sesuatu yang sangat urgen dan penting.
Karena setelah sepeninggal rasullah saw , para imam menjadi penerus nabi saw yang di mana tidak akan ada lagi muncul nabi baru setelah beliau.
Kedudukan imamah memiliki derajat yang tinggi karena mereka menjadi penyempurna risalah dan penjelas al-quran bagi seluruh umat manusia.
memilih seseorang untuk menjadi imam penerus risalah islam bukan hak pribadi Nabi saw melainkan wahyu yang langsung turun dari Allah swt untuk menentukan siapa saja yang akan berhak akan hal itu.
Keridoan Allah swt akan Rasul saw dan umatnya akan adanya Imamah yang menjadi penerus nabi dan telah di jelaskan di dalam al-quran surat al-maidah ayat 3.
Bahwasanya manusia tidak boleh terputus dengan hidayah dan imamah salah satu hidayah untuk manusia.
Di dalam salah satu kita ulama ahlul sunnah wal jamaah berkenaan tentang pengangkatan imam ali as setelah wafatnya rasul saw yang berbunyi
Ketika Nabi saw berkata ,” man kuntu maula fahaza aliyun maula .” Lalu
Abu bakar dan umar bertanya kepada Rasul saw ,” Ya Rasul saw apakah ayat kepimpinan ini turun untuk ali bin abi thalib as?
Rasul saw menjawab: benar. Ini di turunkan untuk ali as dan washiku sampe hari kiamat.
Riwayat ini terdapat di kitab ulama makruf ahlul sunnah(al-juwaini) yang bernama ghayatul marram bab 58 hadis ke 4
Jika para imam tidak di utus setelah nabi maka manusia akan kesulitan dalam beribadah atau menyeselaikan permasalahan kehidupan khususnya permasalahan agama yang di mana di dalamnya butuh orang-orang yang mampu menjelaskan itu.
Selain itu juga, jika mengetahui tanpa berwilayah kepada para 14 imam manusia suci ibadah manusia tersebut kurang sempurna karena berwilayah salah satu bagian dari pondasi islam dalam pandangan mazhab ahlul bait as.
Kemaksuman merupakan suatu kelaziman yang harus di miliki oleh seorang imam. Karena dengan adanya itu, maka itu akan menjadi suatu jaminan bahwasanya imam tidak akan bahkan mustahil untuk melakukan kesalahan yang di larang oleh syariat islam.
Dengan adanya imam yang maksum maka di pastikan apa-apa yang di sampaikan mereka tentunya pastinya benar dan jauh dari kata kebohongan.
Salah satu dalil yang menjelaskan bahwa para-para imam ahlul bait as maksum adalah di surat al-ahzab ayat 33 atau di kenal dengan ayat at-tathir.
Di jelaskan bahwa ahlul bait as (keluarga nabi saw beserta imam ahlul bait as) di sucikan oleh Allah swt sesuci –sucinya dari dosa.
Semua muslim sepakat apa-apa yang terkandung di dalam al-quran adalah kebenaran dan tidak ada satupun kata mengandung dusta bahkan fitnah.
Ketika al-quran menjelaskan berkenaan dengan keimamahan atau kemaksuman sesorang itu ingin menekankan bahwasanya kemaksuman merupakan hal yang benar dan tidak dusta.
Ragib al-isfahani seorang ahli bahasa mendefinisikan ilmu adalah : pengetahuan akan sesuatu dan hakekatnya.
Ilmu imam adalah ilmu yang di dapatkan langsung dari Allah swt.
Ilmu imam tidak di peroleh dengan jalan biasanya sebagaimana orang menuntut ilmu(pelajar atau mahasiswa).
Salah satu bentuk ilmu yang imam peroleh dari Allah swt adalah ilham.
Ilham di turunkan untuk imam untuk menjawab semua permasalahan umat manusia baik dari segi agama maupun non agama.
Dalil keilmuwan imam adalah sifat maksum yang terdapat di dalam diri imam
Dengan adanya sifat maksum, tentu terhindar dan jauh dari dosa sehingga mereka mampu memiliki ilmu yang tidak terbatas di antara kalangan manusia.
dengan pula imam memiliki ilmu yang tak terbatas maka imam akan mampu menjawab semua permasalahan umat manusia tanpa terkecuali.
Seorang yang alim tentu harus memiliki ilmu.
Seorang yang maksum tentu pasti memiliki ilmu karena dia terjaga dari dosa.
Kelaziman ilmu ghaib di dalam diri imam merupakan pertanda imam bukan hanya sekedar manusia biasa melainkan utusan Tuhan untuk menjaga risalah islam.
Al-quran adalah kitab petunjuk umat manusia dan harus ada penjelas al-quran yaitu para-para imam ahlul bait as setelah wafatnya nabi saw.
Ilmu ghaib adalah ilmu atau pemahaman di luar pemahaman lahiriyah bagi manusia.
Ilmu ghaib tidak bisa di buktikan dengan panca indera tetapi bisa di buktikan dengan akal manusia.
Seperti : pembuktian keberadaan Tuhan,malaikat dan laen-laen.
Ilmu ghaib yang di miliki imam adalah ilmu yang langsung di berikan oleh Allah swt.
Menurut pandang mazhab wahabi:
Ilmu ghaib hanya di miliki oleh Allah swt dan tidak di berikan kepada nabi atau imam atau wali karena itu sama saja menandingi ilmu Tuhan. Jika seperti itu maka hukumnya musrik.
Ada satu kelompok menyakini bahwasanya tidak seorang pun yang bisa memiliki ilmu ghaib meskipun dia nabi ataupun wali.
Karena mereka menyakini dan berdalil dengan ayat al-quran an-naml 65 yang berbunyi : “ tidak ada seorangpun yang di langit maupun di bumi yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah swt”.
Di dalam pandangan islam berkenaan dengan ilmu ghaib adalah ilmu ghaib salah satu ilmu yang Allah swt miliki.
Yang di mana dia mengetahui semua perkara dan hal-hal tersembunyi. Ghaib bukan berarti tidak ada melainkan tersembunyi.
Ilmu ghaib bisa di miliki manusia atas izin Allah swt terkhususnya para nabi dan aulia.
Salah satu dalil mengenai kepimpinan imam ali bin abi thalib as setelah wafat rasul saw adalah surat al-maidah ayat 55. Dan ayat ini di namakan ayat wilayah.
Sebagian kelompok menyakini bahwa turunnya surat al-maidah ayat 55 bukan untuk ali bin abi thalib melainkan untuk para-para sahabat nabi saw.
Di dalam pandangan mazhab ahlul bait adalah bahwa ayat itu memiliki penjelasan tersendiri dan mempunyai isyarat bahwa ayat tersebut turun kepada seseorang yang di mana jika di pahami dari aturan bahasa arab akan di ketahui bahwa ayat itu untuk satu orang bukan beberapa orang.
Menurut mazhab ahlul bait, setelah wafat rasul saw ada 12 imam yang menjadi penerus kepimpinan dan penjaga risalah islam bagi umatnya.
Dan mereka yang di tunjuk sebagai para imam setelah nabi memiliki sifat-sifat tertentu seperti maksum(suci dari dosa),memiliki ilmu laduni( ilmu yang langsung di berikan oleh Allah swt).
Mazhab syiah imamiah menyakini 12 imam adalah penerus rasul saw setelah wafat.
Salah satu dalil naqli berkenaan dengan hal ini adalah hadis istna asyari yang hadis tersebut juga di nukil para ulama ahlul sunnah di dalam kitabnya seperti kitab shohih muslim(kitabul imaroh) jilid ke-6 hal-4, shahih bukhari di kitabul ahkam jilid ke 8 hal 127.
Di antara mazhab ahlul sunnah wal jamaah dan syiah imamiah memiliki perbedaan pendapat berkenaan dengan siapa yang menjadi pemimpin sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Ahlul sunnah menyakini bahwa 3 orang sahabat (khulafa rasyidin) adalah penerus
Sedangkan syiah imamiah adalah 12 imam dari keturunan langsung Nabi Muhammad saw.
Jabir al-anshari salah satu sahabat dekat nabi muhammad saw.
Dan di riwayatkan pada saat itu jabir bertanya dan berkata kepada Nabi saw: “ siapa saja para imam yang lahir dari keturunan ali bin abi thalib as?” rasul menjawab: al hasan dan al-husain as beserta dengan gelarnya di zamannya beserta nama para imam laennya sampe imam mahdi as.
Konsep pengutusan para nabi di muka bumi merupakan sesuatu yang jelas dan hal yang tak terelakkan.
Para nabi selalu menunjuk orang-orang penerus beliau untuk menjaga risalah Tuhan khususnya Nabi Muhammad saw.
Nabi saw telah menyebutkan serta mengisyaratkan bahwa ada para imam khususnya imam akhir zaman yaitu imam al-mahdi as.
Banyak sekali riwayat beserta ayat menjelaskan akan kehadiran beliau nanti di akhir zaman.
Di utusnya sang penyelamat akhir zaman bukan hanya keyakinan islam saja melainkan hampir semua agama atau aliran mazhab menyakini hal ini.
Hanya saja siapa yang muncul mereka menyakini dengan nama ,fisik dan latar belakang yang berbeda.
Kemunculan imam mahdi di akhir zaman kelak nanti bukan hal yang terbantahkan.
Karena banyak ayat dan riwayat yang telah menjelaskan berkenaan dengan hal ini.
Imam hasan askari sebagai ayah beliau menjadi salah satu bukti jelas bahwa imam zaman telah lahir dan ada.
Sebagian kelompok agama ataupun mazhab menyakini imam mahdi belom lahir.
Namun dalam pandangan mazhab syiah imamiah adalah beliau ada dan telah lahir dan sekarang ghaib dari mata manusia.
Imam mahdi mengalami 2 keghaiban :
Ghaib shugra(kecil ) dan ghaib kubra (besar).
Ghaib berarti tersembunyi dan tidak terlihat oleh kasat mata.
Meskipun imam mahdi as ghaib dari mata manusia akan tetapi setiap zaman manusia tidak pernah terlepas dari seorang pemimpin.
Imam mahdi tetap memimpin kaum muslimin meskipun di dalam keghaiban dengan menunjuk atau mengutus para wakil beliau.
